
Sampai sekarang jam 9.20, saya sudah sempoyongan ngelah-ngeluh nggak karuan selama tiga jam lebih.
Iya, itu artinya saja sudah begitu sejak jam enam pagi tadi.
Bukan tak bersoal, chargeran saya yang kemarin ketinggalan di hotel sampai tadi pagi saya telepon sama sekali nggak ada kejelasan.
Setiap kali ditanya, mereka para pengurus disana gonta ganti menyuguhkan alibi masing-masing.
Bukan alasan yang sepele untuk tidak bahagia mengingat ada tambahan ‘the other chargeran yang dipinjem temen juga sama nggak jelas nya’ sedangkan kita semua tahu seberapa pentingnya benda ini.
Tapi saya bodoh karena itu.
Khususnya setelah membaca tulisan Mbak Noni yang ini, saya merasa jadi super bodoh karena sempat selama tiga jam tidak merasa bahagia.
Saya terlalu membandingkan diri saya dengan orang-orang yang sedang beruntung sampai-sampai saya lupa dengan fakta bahwa mereka juga pasti pernah/akan mengalami yang saya alami ini dan saya juga pasti pernah/akan mengalami sebuah keberuntungan.
And you know what silly? Kadang hal yang kita anggap nggak beruntung ini adalah keberuntungan yang hanya perlu sedikit tambahan porsi bersyukur untuk bisa menyadarinya.
Kalau dipikir-pikir lagi, saya masih untung punya beberapa chargeran ampere kecil sekalipun yang ampere besar pada hilang. Banyak kan yang nggak punya chargeran sama sekali atau even nggak punya handphone sama sekali.
Hhuuahhh. . . Vall, Vall, kamu nolehnya ke atas mulu.
Contohin tuh anak-anak bukit lawang yang tanamannya diembat monyet tapi masih bisa senyum.
#selfreminder
Wah cerita tentang chargeran ujung2nya bisa panjang juga yak wkwk
Dengan nulis ini, nggak cuma kamu kok yang tersadar untuk lebih banyak bersyukur. Terima kasih udah nulis begini!
LikeLiked by 1 person
Hua ha ha tau la Del kalo aku yang tulis kan “cerita” nya seupil, eh “drama plus bla bla bla” nya yang banyak.
Senang bisa saling mengingatkan^^
LikeLike
Waah, Kak Vall, tulisannya kali ini kusuka banget 😁
LikeLiked by 1 person
Bersyukur Val,bersyukur.Hehehe aku juga lagi belajar bersyukur.Soalnya masih banyak diluar sana yang jauh lebih menderita.
LikeLiked by 1 person
fotonya sangat familiar. suasana masyarakat pegunungan papua yg sedang menjalankan ibadah minggu. keren fotonya mbak!
LikeLike
Oh ya? Itu aku ambil dari google bang. He he he he sorry lama bales. Emang keren sih fotonya. Pengen dateng ke sana.^^
LikeLiked by 1 person
hehehe aku setahun di pedalaman papua jadi suasana seperti itu cepat skali membangkitkan kembali kenangan indah akan alam papua
LikeLiked by 1 person
Hm, lucky you. . . Ada di list to visit ku banget nih Papua.^^
LikeLiked by 1 person
semoga bisa segera terwujud
LikeLiked by 1 person
Bersyukur banget punya chargeran meski ampere kecil bakal kamu alami saat nyampe kos jam tengah sebelas malam, hp lowbat tinggal 4%, charger dan jam ketinggalan di kantor 😂 udah mikir, ini mau gimana? Besok bangunnya pake apa? *kebiasaan pasang alarm. Yaa pada akhirnya tetangga kos menjadi penolong dengan meminjami charger. Wkwk
Gitu pengalamanku tanpa charger semalam Val
LikeLiked by 1 person
Setuju Val… selain mengingat banyak orang yang lbh tidak beruntung dibandingkan kita, perlu juga diingat, kadang “ketidak beruntungan” kita itu akan membawa kepada suatu keberuntungan. Ada maksudnya…
Entah hal itu mengajarkan kita akan sesuatu, maupun hal itu merupakan cara TUHAN menyelamatkan kita dari hal yang buruk.
LikeLike
Iya itu dia. Ujung-ujungnya kadang ketidaberuntungan itu adalah keberuntungan yang nggak kita sadari.
LikeLike
Cemunguth ea kaka😆
LikeLike
Wuidiiih Momo beli domain^^
LikeLike
Biasa val…
Biasa… wkwkwkwk
LikeLike
Hi hi hi hi eciyeee😂
LikeLike
Klo chargeran sih aman-aman saja. Cuman masalah hp sih biasanya baterainya drop dan mesti diganti. Nggak tahu kenapa tiap punya hp biasanya masalah baterainya yg rusak 😀
LikeLike
Hua ha ha ha itu bisa saja berawal dari chargeran yang nggak sesuai lho Bang sebenernya.
LikeLike